ARTIKEL :


Revitalisasi Lapangan Merdeka Untuk Warga Medan

Revitalisasi Lapangan Merdeka Untuk Warga Medan

Siapa orang Medan yang tidak mengenal Lapangan Merdeka. Lapangan yang selalu ramai dikunjungi warga Medan untuk kegiatan sosial sehari-hari seperti membawa anak bermain, berolahraga, sekedar “nongkrong” atau pada saat tertentu menjadi lokasi acara keramaian dan pameran. Namun, diantara mereka yang rajin ke Lapangan Merdeka itu belum mengetahui bahwa Lapangan Merdeka adalah situs bersejarah berhubungan dengan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
 Penulis sangat familier dengan kawasan Lapangan Merdeka Medan sebab masa kanak-kanak orangtua penulis tinggal di Jalan Stasiun Kereta Api, di belakang Gedung Hotel Granada (Kini jadi Gedung Menara Mandiri) yang menghadap ke Lapangan Merdeka Medan. Titi Gantung kala itu merupakan sarana jalan pintas buat penulis ke sekolah. Penulis menyeberangi Titi Gantung setiap hari dari rumah ke sekolah di Jalan GB. Josua, dahulu namanya Jalan Deli, sebelumnya Jalan Benteng Huraba. Jam besar pada Menara Stasiun Kereta Api dijadikan sebagai penunjuk waktu berangkat ke sekolah.

Ketika lonceng berdenting merupakan pertanda kereta api Lancang Kuning siap berangkat dari Medan menuju Rantau Prapat, berarti sudah pukul 7 pagi. Ketika itu penulis sedang melintasi Titi Gantung menuju sekolah. Titi Gantung membuat penulis tidak lagi melintasi puluhan rel kereta api yang melintang di lokasi stasiun besar Kereta Api Medan untuk bisa sampai ke Jalan Irian Barat, dahulu Jalan Jawa. Dari Jalan Irian Barat menuju Jalan Veteran (dahulu Jalan Bali) menyeberang di Jalan Muhammad Husni Thamrin untuk sampai ke sekolah. Kini Titi Gantung masih berdiri dengan tembok yang kokoh, unik dan khas memiliki lebar 40-50 meter dengan tinggi 7-8 meter dari permukaan jalan, berlapis aspal.
Pada bagian bawah ada pintu gerbang yang selalu tertutup, terdapat jalan berjenjang (tangga) di sebelah kanan dan jalan mendaki berlapis aspal dari dua arah. Begitu juga dari arah jalan Irian Barat ada pintu gerbang yang pada sebelah kanan terdapat jalan berjenjang (tangga) dan di sebelah kiri satu ruas jalan mendaki. Bertahun-tahun penulis melintasi Titi Gantung, pagi, siang dan sore hari dan selalu dipenuhi pedagang buku bekas. Dulu, Titi Gantung bukan sekadar sarana penyeberangan tetapi juga sarana rekreasi. Hampir setiap saat ada masyarakat bersantai di atas Titi Gantung, melihat Kereta Api yang akan berangkat meninggalkan Stasiun Besar Medan menuju Rantau Prapat atau Pematang Siantar.

Dari sini juga dapat memandang Lapangan Merdeka Medan yang pada masa penjajahan Belanda bernama Esplanade dan sewaktu pendudukan Jepang bernama Fukuraido serta ketika Indonesia merdeka berubah namanya menjadi Lapangan Merdeka. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Lapangan Merdeka dibangun Belanda sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk Kota Medan, maka sekelilingnya ditanami Pohon Trembesi. Sekeliling Lapangan Merdeka Medan ada berbagai gedung seperti Stasiun Besar Kereta Api, Balai Kota, ada Kantor Pos Besar, Gedung Bank Indonesia, dan Kantor Pemasaran Bersama Perkebunan.

Sangat luas RTH yang dibangun Belanda dibandingkan dengan jumlah bangunan untuk beraktivitas. Perencanaan (planning) jauh ke depan karena RTH itu ditanami tanaman Pohon Trembesi yang merupakan tanaman sangat baik menyerap karbon dioksida. Belanda sangat memperhatikan RTH sehingga memikirkan kehidupan orang yang ada di sekitar. Ruang publik (masyarakat) sangat baik, mulai dari tempat parkir, tempat pejalan kaki dan tersedia udara bersih. Konsep pembangunan berwawasan lingkungan dilakukan Belanda sehingga semua lapisan masyarakat pada waktu itu merasakan fasilitas umum yang murah dan mudah diperoleh. Dulu Lapangan Merdeka dinikmati semua lapisan masyarakat dan berbagai kegiatan dilakukan seperti “Pasar Malam” yang dilaksanakan secara rutin dan terakhir dilaksanakan pada tahun 1964. Titik Nol Kilometer Medan Lapangan Merdeka, tepatnya di depan Gedung Bank Indonesia merupakan titik Kilometer Nol Kota Medan.
 Lapangan Merdeka dikelilingi bangunan yang menyatu dengan Lapangan Merdeka yakni Gedung Kantor Pos Besar Medan pada tahun 1909-1911. Gedung dibangun oleh Snuyf seorang Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia. Kantor perusahaan pelayaran The Netherlands Shipping Company dan sempat menjadi Kantor Rotterdam’s Lloyd. Di seberang berdiri gedung PT. London Sumatera Indonesia yang sering disebut Gedung Juliana. Disebut Gedung Juliana sebab dulu milik Harrison & Crossfield, perusahan perkebunan milik Inggris.

Di sebelah kanannya, Gedung Bank Bumi Daya dan Gedung Bank Exim yang dulu (tahun 1929) milik The Netherlands Trading Company atau Nederlandsche Handel Maatschappij. Disebelah kiri Gedung Balai Kota ada Gedung Bank Indonesia dulu bernama Javasche Bank (DJB) dibangun tahun 1910 oleh Asosiasi Hulswit and Fermont dari Weltevreden and Ed Cuypers dari Amsterdam. Disebelahnya lagi berdiri Hotel De Boer, kini menjadi Hotel Dharma Deli. Dibagian selatan Lapangan Merdeka sejajar dengan gedung kantor perusahaan pelayaran The Netherlands Shipping Company berdiri Hotel Vink dibangun tahun 1888. Hotel Vink berubah nama menjadi Medan Hotel.

Hanya beberapa tahun kemudian berubah nama lagi menjadi Hotel Grand atau Granada. Hotel ini sangat indah, jika ada tuan kebon yang sukses dan akan pulang ke Belanda maka dilakukan acara perpisahan di hotel itu. Hotel tersebut selalu ramai dikunjungi ketika tanggal gajian karyawan kebon yakni pada tanggal 1 dan tanggal 16 setiap bulan. Menurut catatan sejarah Hotel Granada menyajikan makanan terkenal dengan chef de cuisine Tuan M. Rohr berkebangsaan Swiss bersama asisten koki, Hans Klocke dari Singapura. Mereka berpengalaman diberbagai restauran seperti Trocadero Restaurant di London. Penulis pernah tinggal bersama orangtua persis di belakang bangunan Hotel Granada, sampai tahun 1970-an.

Lapangan Merdeka atau Esplanade pernah dijuluki “Taman Burung” karena memang banyak berbagai jenis burung mendarat dan terbang di lapangan Merdeka Medan, indah sekali. Jalan-jalan dikawasan sekeliling lapangan sangat teduh karena rimbunan daun Pohon Trembesi yang bibitnya didatangkan dari Belanda ke Indonesia. Dulu tahun 1970-an di jalan itu nyaris tidak ada debu berterbangan. Jalan yang mengelilingi Lapangan Merdeka itu sejuk dan ada pedagang penjual obat, tukang pangkas di bawah Pohon Trembesi. Jika petang dan pagi hari anak-anak dan orang dewasa bermain sepakbola. Sekeliling Lapangan Merdeka sangat indah dengan gedung-gedung antik yang menyejukkan pemandangan maka tepat dijuluki dengan sebutan Parijs van Sumatra untuk Kota Medan.

Kawasan Lapangan Merdeka Medan dibangun Belanda sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk Kota Medan pada waktu itu dan pada masa mendatang. Revitalisasi Lapangan Merdeka Ketika Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) secara langsung meresmikan dimulainya Proyek Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengatakan sudah lama mendorong Revitalisasi Lapangan Merdeka, mendukung proyek Revitalisasi Lapangan Merdeka karena sangat dinantikan masyarakat, khususnya warga Kota Medan dan sekitarnya. Edy Rahmayadi usai peresmian mengatakan revitalisasi itu keinginan banyak orang, keinginan masyarakat Kota Medan. Edy Rahmayadi menyampaikan kepada Presiden Indonesia, Jokowi bahwa Lapangan Merdeka digunakan untuk terakhir kalinya untuk Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun 2022 maka peletakan batu pertama Revitalisasi Lapangan Merdeka menjadi sangat bersejarah karena Lapangan Merdeka akan dipugar sebagai cagar budaya, tidak ada lagi bangunan yang menghalangi orang melihat Lapangan Merdeka.

 Adapun proyek pembangunan revitalisasi Lapangan Merdeka Medan meliputi pembangunan alun-alun dan fasilitas pendukung serta basemen. Selain situs sejarah, revitalisasi Lapangan Merdeka Medan juga ditujukan untuk ruang terbuka hijau. Bila dilihat dalam rencana revitalisasi Lapangan Merdeka Medan akan dibangun panggung rakyat dan fasilitas penunjang dengan menerapkan konsep pelestarian ruang kota bersejarah dengan rancangan yang kontemporer. Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan mendapat banyak dukungan dari berbagai kalangan masyarakat.

 Mulai dari kalangan generasi muda hingga orang tua sebab Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan akan memberikan ruang terbuka hijau yang lebih besar bagi seluruh kalangan masyarakat Kota Medan, termasuk anak muda atau generasi muda. Adanya ruang terbuka hijau, dimana membuat masyarakat atau warga dapat nyaman beraktivitas di luar ruangan, termasuk menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri bagi para anak muda Kota Medan. Dengan Revitalisasi Lapangan Merdeka
Medan akan memberikan ruang yang lebih luas, lebih nyaman dan semua orang bisa datang ke Lapangan Merdeka Medan untuk berbagai kegiatan atau berkumpul di Lapangan Merdeka Medan. Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan dapat untuk lokasi berekreasi bagi semua kalangan, bisa untuk tempat rekreasi bersama keluarga. Hal itu seiring dengan perkembangan Kota Medan menuju kota mega metropolitan. Lapangan Merdeka Medan menjadi arena bagi semua warga Kota Medan yang lebih murah bila dibandingkan melakukan rekreasi ke lokasi lain selain lokasi Lapangan Merdeka Medan.

Lapangan Merdeka Medan sangat dibutuhkan warga sebab Lapangan Merdeka Medan tempat yang baik karena menjadi ruang terbuka hijau yang bersejarah. Ketika Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) secara langsung meresmikan dimulainya Proyek Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan turut hadir Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, Kapolda Sumut RZ Panca Putra Simanjuntak, Pangdam I Bukit Barisan Achmad Daniel, Walikota Medan Bobby Nasution, bupati/walikota se-Sumut dan beberapa kepala daerah dari berbagai provinsi.


Oleh : Fadmin Prihatin Malau